Kamis, 15 Oktober 2009
Campus Orientation Study (COST 2009)
1. Materi
2. Games
3. Outbond
4. Camping Ground
Puji syukur kami panjatkan atas lancarnya kegiatan yang telah dilaksanakan, mahasiswa yang sakit pada saat kegiatan, relatif ringan karena semuanya dapat diatasi hanya dengan P3k (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).
Tujuan dari pelaksanaan COST adalah untuk memperkenalkan lingkungan kampus STIE PGRI sukabyumi kepada para mahasiswa baru, selain daripada itu, tujuan yang dapat diambil adalah bertambahnya wawasan, perubahan pola fikir mahasiswa serta memupuk jiwa Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Kami menyadari bahwa masih adanya kekurangan pada saat pelaksanaan, akan tetapi mudah-mudahan di masa yang akan datang agar lebih baik lagi. amin
Rabu, 01 Juli 2009
Oleh Yulvianus Harjono
KOMPAS.com-Pada suatu masa—jutaan tahun ke depan—keturunan kita tidak akan bisa melihat bulan seperti sekarang.
Tidak ada lagi fenomena gerhana matahari ataupun bulan total, kecuali dalam jejak rekam sejarah sains. Lambat, tetapi pasti bulan semakin bergerak menjauh dari bumi.
Bukan tanpa alasan Neil Armstrong—manusia pertama yang menginjakkan kakinya di bulan—meninggalkan jejak panel reflektor yang terdiri atas 100 cermin beberapa menit sebelum dia meninggalkan bulan pada 21 Juli 1969. Reflektor inilah yang kemudian menuntun manusia pada penemuan fakta mencengangkan.
Memanfaatkan reflektor yang tertinggal di bulan, Prof Carrol Alley, fisikawan dari University of Maryland, Amerika Serikat, mengamati pergerakan orbit bulan. Caranya adalah dengan menembakkan laser dari observatorium ke reflektor di bulan. Di luar dugaan, dari hasil pengamatan tahunan, jarak bumi-bulan yang terekam dari laju tempuh laser bumi-bulan terus bertambah.
Diperkuat sejumlah pengamatan di McDonald Observatory, Texas, AS, dengan menggunakan teleskop 0,7 meter diperoleh fakta bahwa jarak orbit bulan bergerak menjauh dengan laju 3,8 sentimeter per tahun.
Para ahli meyakini, 4,6 miliar tahun lalu, saat terbentuk, ukuran bulan yang terlihat dari bumi bisa 15 kali lipat daripada sekarang. Jaraknya saat itu hanya 22,530 kilometer, seperduapuluh jarak sekarang (385.000 km).
Seandainya manusia sudah hidup pada masa itu, hari-hari yang dijalankan terasa lebih cepat. Hitungan kalender pun bakal berbeda. Bagaimana tidak, jika dalam sebulan waktu edar mengelilingi bumi hanya 20 hari, bukan 29-30 hari seperti sekarang. Rotasi bumi ketika itu pun berlangsung lebih cepat, hanya 18 jam sehari.
Jutaan tahun dari sekarang, seiring dengan menjauhnya bulan, hari-hari di bumi pun akan semakin lama, hingga mencapai 40 hari dalam sebulan. Hari pun bisa berlangsung semakin lama, hingga 30 jam. Lantas, mengapa ini bisa terjadi?
Takaho Miura dari Universitas Hirosaki, Jepang, dalam jurnal Astronomy & Astrophysics mengemukakan, jika bumi dan bulan, termasuk matahari, saling mendorong dirinya. Salah satunya, ini dipicu interaksi gaya pasang surut air laut.
Gaya pasang surut yang diakibatkan bulan terhadap lautan di bumi ternyata berangsur-angsur memindahkan gaya rotasi bumi ke gaya pergerakan orbit bulan. Akibatnya, tiap tahun orbit bulan menjauh. Sebaliknya, rotasi bumi melambat 0,000017 detik per tahun.
Stabilitas iklim
Fakta menjauhnya orbit bulan ini menjadi ancaman tidak hanya populasi manusia, tetapi juga kehidupan makhluk hidup di bumi. Pergerakan bulan, seperti diungkapkan Dr Jacques Laskar, astronom dari Paris Observatory, berperan penting menjaga stabilitas iklim dan suhu di bumi.
”Bulan adalah regulator iklim bumi. Gaya gravitasinya menjaga bumi tetap berevolusi mengelilingi matahari dengan sumbu rotasi 23 derajat. Jika gaya ini tidak ada, suhu dan iklim bumi akan kacau balau. Gurun Sahara bisa jadi lautan es, sementara Antartika menjadi gurun pasir,” ucapnya kepada Science Channel.
Sejumlah penelitian menyebutkan, pergerakan bulan juga berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup. Terumbu karang, misalnya, biasa berkembang biak, mengeluarkan spora, ketika air pasang yang disebabkan bulan purnama tiba.
Bulan penuh juga dipercaya meningkatkan perilaku agresif manusia. Di Los Angeles, AS, kepolisian wilayah setempat biasanya akan lebih waspada terhadap peningkatan aktivitas kriminal saat purnama.
Menjauhnya bulan dari bumi diyakini ahli geologis juga berpengaruh terhadap aktivitas lempeng bumi. Beberapa ahli telah lama menghubungkan kejadian sejumlah gempa dengan aktivitas bulan. ”Kekuatan yang sama yang menyebabkan laut pasang ikut memicu terangkatnya kerak bumi,” ucap Geoff Chester, astronom yang bekerja di Pusat Pengamatan Angkatan Laut AS, seperti dikutip dari National Geographic.
Beberapa kejadian gempa besar di Tanah Air yang pernah tercatat diketahui juga terkait dengan pergerakan bulan. Gempa-tsunami Nanggroe Aceh Darussalam (2004), Nabire (2004), Simeuleu (2005), dan Nias (2005) terjadi saat purnama. Gempa Mentawai (2005) dan Yogyakarta (2005) terjadi pada saat bulan baru dan posisi bulan di selatan.
Misi terbaru NASA
Kini, bulan sebagai tetangga terdekat bumi kembali menjadi perhatian riset astronomi di dunia. Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) pada Jumat (19/6) meluncurkan wahana LCRoS (Lunar Crater Observation and Sensing Satellite) di Cape Canaveral, AS. Wahana ini adalah bagian dari misi Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO), yaitu persiapan program mengembalikan astronot ke bulan tahun 2020 setelah terakhir dilakukan pada 1969-1972 (Reuters, 18/6).
Sasaran utama misi LCRoS untuk memastikan ada tidaknya air beku yang dipercaya berada di kawasan kawah gelap dekat kutub bulan. Dibantu dengan LRO yang memetakan permukaan di bulan secara detail, kedua misi baru ini mengisyaratkan hal besar: menancapkan tonggak baru soal kemungkinan membangun koloni di luar bumi!
Namun, dengan penuh kerendahan hati, Craig Tooley, LRO Project Manager, mengatakan, ”Pengetahuan kita tentang bulan secara keseluruhan saat ini masih minim. Kita punya peta lebih baik tentang Mars, tetapi tidak untuk bulan kita sendiri.”
Misi 18 Tahun Ulysses Berakhir
LOS ANGELES, KOMPAS.com - Setelah mengorbit selama 18 tahun mempelajari Kutub Matahari dan pengaruhnya terhadap tata surya, wahana antariksa Ulysses akhirnya mengakhiri tugasnya, Selasa (30/6). Proyek bersama badan antariksa AS dan Eropa tersebut berumur empat kali lebih lama dari prediksi semula.
Selama misi panjang itu Ulysses menempuh perjalanan berjarak sekitar 8,85 miliar kilometer atau hampir tiga kali putaran orbit Matahari. Transmisi yang memungkinkan kontak dengan wahana tidak berawak sebesar mobil Volkswagen tersebut akan mati saat jarak Ulysses dengan matahari sekitar 705 juta kilometer.
”Data-data yang dihasilkan sepanjang misi menyediakan gambaran yang belum pernah ada mengenai siklus aktivitas Matahari dan tata surya serta konsekuensinya. Itu akan menyibukkan para peneliti untuk beberapa tahun mendatang,” kata Ed Smith, peneliti pada Laboratorium Propulsi Jet NASA, di Pasadena, California, AS, dalam pernyataannya.
Melalui misinya, yang di antaranya menjadi bagian penting dua kali siklus tata surya selama 11 tahun, wahana tersebut mengumpulkan informasi yang amat banyak. Informasi itu menjadi dasar lebih dari 1.000 artikel ilmiah dan dua buku.
Awalnya Ulysses dirancang untuk mengkaji angin surya dan faktor penyebabnya yang kompleks. Salah satunya adalah mempelajari partikel-partikel yang dipancarkan Matahari ke seluruh bagian tata surya.
Ulysses memberikan banyak informasi tentang gambaran di kawasan Kutub Matahari, debu antariksa di tata surya, serta planet Jupiter dan obyek transitnya. Di antara banyak temuan itu adalah aliran kuat partikel-partikel subatom yang memancar dari Matahari, sekitar 1 juta mil per jam, ternyata berkurang hingga level terendah setidaknya dalam 50 tahun.
Heliosfer
Wahana antariksa Ulysses, seperti dikatakan Ed Smith, memberi data penting mengenai heliosfer. Heliosfer merupakan sejenis selubung pelindung yang dihasilkan Matahari dengan anginnya bagi Bumi dan tujuh planet lain yang mengitarinya.
Fungsi angin surya adalah menyapu radiasi dan sinar kosmik yang datang dari galaksi lain. Heliosfer yang melemah, apalagi hilang, akan membuat masuknya sinar kosmik ke tata surya makin banyak.
Radiasi sinar kosmik yang kian besar akan menambah bahaya bagi para astronot ketika mereka berada di luar angkasa. ”Ulysses merumuskan ulang pengetahuan manusia atas heliosfer dan memberi jawaban tentang lingkungan kepada tata surya kita yang belum kita ketahui,” kata Smith.
Ulysses diluncurkan dengan pesawat ulang alik Discovery pada Oktober 1990. Memanfaatkan gaya gravitasi Jupiter, wahana itu melenting ke posisi orbit yang diinginkan di sekitar Matahari. Kecepatan Ulysses mencapai 56.000 kilometer per jam.
Selasa, 30 Juni 2009
Mengenang “Perjalanan Hidup” Michael Jackson
Penghargaan - penghargaan yang telah diraih antara lain :
- Beberapa kali Guinness World Records
- “Thriller” sebagai album terlaris di dunia
- 13 Grammy Awards
- 13 buah single nomor 1 dalam solo karirnya
Selamat jalan 'The King of Pop'….
Jumat, 26 Juni 2009
Pengaruh Situasional Dalam Keputusan Pembelian Konsumen
0 komentarTema: Communication Marketing / Komunikasi Pemasaran, Consumer Behavior / Perilaku Konsumen, Decision Making / Pengambilan Keputusan Konsumen
- Physical surrounding yaitu aspek-aspek lingkungan fisik dan ruang yang nyata yang mencakup aktivits konsumen.
- Stimuli seperti warna, suara, cahaya, cuaca, dan pengaturan ruang dari orang dan objek lain mempengaruhi perilaku konsumen.
- Pengaturan lingkungan fisik penting dalam upaya untuk membangun citra, memberikan kemudahan serta kenyamanan terutama dalam berbelanja.
- Pengaruh lainnya adalah lokasi toko, layout toko dan atmosfir toko.